Berikut ini tulisan mengenai serba-serbi Penyebab Anak Susah Makan dan Tips Praktis Mengatasinya Problema sulit makan ini dialami anak di usia balita. Umumnya mulai ditemui pada usia anak 1-4 th. Banyak hal yang menyebabkan anak susah makan. Karena bagi anak, saat makan itu bukan hanya pemenuhan gizi tetapi juga saat penuh tantangan, rasa ingin tahu, berlatih, belajar, dsb.
Berikut sekilas bahasan penyebab anak susah makan & tips singkat mengatasinya :
1. Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.
Menu makan saat bayi (> 6 bl) yg itu-itu saja akan membuat anak bosan dan malas makan. Belum lagi cara penyajian makanan yang campur aduk antara lauk pauk seperti makanan diblender jadi satu. Sama seperti orang dewasa, kalau kita makan dengan menu yang sama tiap hari dan disajikan dengan campur aduk, pasti akan malas makan. Begitu juga dengan pengenalan makanan kasar.
Tips :
Tentu saja variasikan menu makan anak. Jika perlu buat menu makan anak min. selama 1 minggu untuk mempermudah ibu mengatur variasi makanan. Jadi tergantung pinter-pinter-nya ibu memberikan makanan bervariasi. Seperti kalau anak gak mau nasi, kan bisa diganti dengan roti, makaroni, pasta, bakmi, dsb.
Penyajian makanan yang menarik juga penting sekali. Jangan campur adukkan makanan. Pisahkan nasi dengan lauk pauknya. Hias dg aneka warna & bentuk. Jika perlu cetak makanan dengan cetakan kue yg lucu.
Informasi:
Mencari menu makanan bagi anak, insyaAlloh sangat mudah didapat. Banyak tersedia di toko-toko buku Jepang (baik baru ataupun bekas bahkan flea-market) buku-buku resep masakan untuk Balita.
Hiasan dan pernak-pernik untuk membuat makanan terlihat cantik pun banyak tersedia di toko 100 yen.
Dapatkan informasi menu makanan bayi dari Shiyakusho saat umur bayi 8 bulan (mungkin di setiap tempat berbeda, jadi silahkan mencari informasi dari Shiyakusho masing-masing).
2. Memakan camilan padat kalori menjelang jam makan, sehingga anak tidak merasa lapar.
Seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack ber-MSG, dsb. Akibatnya ketika jam makan tiba anak sudah kekenyangan.
Tips :
Atur makanan selingan atau cemilan jauh sebelum waktu makan tiba. Beri juga cemilan yang sehat spt potongan buah, sayur kukus, keju, yoghurt, es krim, cake buatan ibu, dsb.
Bagi yang tinggal di Jepang, para ibu mungkin sudah menyediakan waktu khusus "oyatsu jikan" untuk makanan selingan ini tentunya.
3. Minum susu terlalu banyak
Susu di banyak keluarga dianggap sebagai makanan "dewa" yang bisa menggantikan makanan utama seperti nasi, sayur & lauk pauknya. Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar. Atau orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan diganti dengan susu. Akhirnya, daripada perut si anak tidak kemasukan makanan, diberikan saja susu berlebihan. Padahal setelah anak berusia 1th, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib. Secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor saja. Kan kalsium dan fosfor ini dengan mudah kita dapatkan dalam ikan-ikanan, sayur & buah.
Tips :
Kurangi susu ! Di atas usia 1 tahun kebutuhan susu hanya 2 gelas sehari. Mulailah melatih anak dengan berbagai jenis makanan. Ubah pola pikir orangtua.
4. Terpengaruh Kebiasaan orang tuanya.
Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya, terutama orang tuanya. Banyak perilaku yg dilakukan ortunya yang mempengaruhi perilaku makan anak. Mis. anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang malas makan (ex. diet), akan mengembangkan perilaku malas makan juga.
Perilaku lainnya, sering kita jumpai orang tua masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Akibatnya anak gak terlatih untuk bisa makan sendiri. Perilaku makan yang kurang pas juga seperti kebiasaan ortu ketika menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Akibatnya anak kekenyangan & malas makan.
Tips :
Perhatikan & ubah kebiasaan & perilaku orang tua kapanpun, termasuk perilaku makan. Ingat, anak merekam, belajar & menerapkan semua hal yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya, terutama ortunya. Biarkan anak mencoba memakan makanan sendiri sejak dini, tanpa disuapi. Gak perlu takut berantakan. Feeding is about learning.
.
5. Munculnya sikap negativistik (fase normal yang dilewati tiap anak).
Pada usia >2 th, anak sering "membangkang" atau tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang ?gak mau?, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk "independent". Jadi batita umumnya ditandai dengan "AKU", artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya "power".
Nah banyak ortu yang gak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada ortu yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara2 tsb harus dihindari. Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya). Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Tips :
Pahami kondisi anak dengan baik. Jadilah ortu yang otoritatif. Artinya bersikap tidak memaksa, tetapi juga tidak membiarkan begitu saja. Bina komunikasi yg baik dg anak. Bersabarlah menghadapi anak. Kan rumah adalah "madrasah" pertama & utama bagi anak.
6. Anak sedang sakit/sedih
Anak tidak mau makan dapat juga disebabkan krn anak sedang sakit atau sedang sedih. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan "cerewet", maka di kala sakit ia lebih suka diam dan terlihat malas-malasan.
Tips :
Kembali pada konsep bina komunikasi yang baik. Jangan paksakan anak kalau gak mau makan. Beri makanan ringan yang padat kalori, seperti makaroni,skutel, dsb.
Yang jelas dan perlu diingat baik2 oleh tiap ortu adalah seberapapun anak gak mau / susah makan, ia tidak akan membiarkan dirinya kelaparan ! Selama mentalnya sehat. Artinya, begitu ia kelaparan, maka ia akan makan.
Tetap kreatif mengolah & menyajikan makanan, bina komunikasi yg baik, terus belajar menjadi ortu & memahami kondisi anak, dan bersabar.
(Ditulis bebas & dirangkum dari berbagai sumber oleh Luluk Lely Soraya I dengan pengeditan oleh tim Artikel PPA-Fahima)
Komentar
Posting Komentar