Di TK/SD Nishikasai di distrik Edogawa, Tokyo, setiap hari staf dapurnya memasak hidangan makan siang untuk 688 murid dan 48 guru. Menunya disusun oleh guru nutrisi, mengacu pada standar yang ditetapkan Distrik Edogawa.
Menurut guru nutrisi TK/SD Nishikasai, Yoshida Kiyoe, ketika menyusun menu, ia memerhatikan nilai dan komposisi gizi, serta menyeimbangkan pemberian nasi/tepung/kentang, ikan dan sayur-sayuran, agar anak-anak pada usia pertumbuhan mendapat asupan nutrisi optimal. "Menu makan siang harus memenuhi 1/3 kebutuhan nutrisi harian anak, 1/2 kebutuhan kalsium dan vitamin harian, dan 33-40% kebutuhan vitamin dan mineral harian,” demikian Yoshida.
Ia menambahkan, kecukupan kalsium menjadi perhatian khusus, sebab ada kecenderungan kurang asupan kalsium di kalangan anak-anak Jepang. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium, sekotak susu selalu dimasukkan ke dalam menu makan siang.
Berikut 6 panduan menyusun menu makan siang anak di Jepang yang mungkin bisa diadopsi di sini:
1. Harus bervariasi. Jenis hidangan berganti-ganti setiap hari, agar anak mendapat pengalaman makan yang kaya, tidak bosan dan mendapat nutrisi lengkap. Menu makan siang juga memasukkan sayur dan buah-buah yang sedang musim, misalnya komatsuna (bayam Jepang).
2. Buatan sendiri, lezat dan aman. Yoshida berkata, "Ketika memasak sup, kami menggunakan kaldu dari tulang ayam atau sapi, bukan kaldu bubuk atau penyedap rasa. Kami juga tidak membubuhkan terlalu banyak gula atau garam ke masakan. Anak-anak dibiasakan pada rasa alami makanan, agar lidah mereka terpuaskan dengan rasa alami."
Menurutnya, keuntungan memasak sendiri adalah bahan makanan lebih terkontrol, sehingga hidangan lebih sehat dan aman. Untuk alasan keamanan pula, makanan di sekolah selalu dimasak pada hari yang sama ketika bahan makanan dibeli. Dan, bebas dari makanan mentah, seperti sushi dan sashimi.
3. Menghindari penyakit degeneratif. Berbagai penyakit gaya hidup, menyerang sejak usia dini. Jumlah anak yang menderita obesitas, tekanan darah tinggi dan diabetes saat ini di Jepang meningkat. Para ahli kesehatan di Jepang meyakini, jika anak terlalu banyak makan sumber lemak hewani (daging sapi, kambing, babi, ayam, mentega dan lain-lain), kadar kolesterol di tubuh meningkat, menambah risiko pengerasan pembuluh darah. Meski ikan termasuk hewan, namun kadar kolesterolnya rendah, berkat kandungan DHA (Docosahexaenoic acid) dan EPA (Eicosapentaenoic acid).
DHA berfungsi melancarkan aliran darah dan meningkatkan aktivitas otak. EPA menetralisir lemak dan melancarkan aliran darah. Itu sebabnya anak-anak di Jepang diwajibkan banyak makan ikan, terutama ikan perairan dalam atau blue fish seperti sardin, makarel, tuna, salmon dan lain-lain.
Konsumsi garam dan gula juga dibatasi untuk menghindari penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes. Sebaliknya, sumber serat seperti rumput laut, jamur, sayuran dan polong-polongan, dipastikan selalu ada dalam menu makan siang.
4. Tekstur mudah dikunyah. Ini untuk melatih keterampilan mengunyah anak-anak. Mengunyah dengan benar, membantu pertumbuhan dagu dan gigi-geligi, mencegah gigi berlubang, mencegah makan berlebihan dan obesitas. Juga, diyakini dapat menstimulasi dan membantu otak bekerja lebih baik.
5. Menghargai budaya makan tradisional. Bangsa Jepang kaya akan makanan tradisional yang sehat, yang telah ribuan tahun diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, Pemerintah Jepang mensinyalir dewasa ini ada kecenderungan orang tua jarang menghidangkan makanan tradisional di rumah, seperti okara (sejenis polong-polongan), rumput laut jenis konyaku, hijiki, kelp dan ikan kecil seperti bonito kering.
6. Menikmati makan siang dengan sopan. Tidak sekadar makan, Shokuiku di sekolah juga mengajarkan anak mematuhi tata tertib makan, agar tidak mengganggu anak lain. Agar makan siang di sekolah selalu menarik, secara berkala digelar acara makan di luar ruangan (outdoor), pilihan menu ditambah, murid boleh memesan makanan tertentu, makan ala prasmanan atau sambil belajar table manner.
Yoshida menambahkan, salah satu cara membuat anak tertarik pada makanan adalah dengan melibatkan mereka dalam proses menyiapkan makan tersebut. Itu sebabnya, sekolah di Jepang menugaskan anak-anak bergiliran menjadi school lunch duty. Berseragam mirip koki, mereka mendistribusikan makanan untuk teman-temannya.
Senangnya makan di sekolah!
sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Balita/Gizi+dan+Kesehatan/6.makan.siang.sehat.ala.jepang/001/001/1666/49/2
Komentar
Posting Komentar